Senja itu, masih selalu saja terkenang dalam ingatan, sebuah senja
yang tenang dengan bau segar rerumputan. Di hadapan sebuah kolam dengan
hamparan teratai bermekaran, beberapa pemuda dengan gagah berlarian;
tergopoh-gopoh membawa tas penuh makanan; kemudian duduk dan membentuk
sebuah lingkaran.
Pada sebuah tanah lapang yang melandai, di kaki
perbukitan yang ramai oleh kabut, hawa sejuk, dan sesekali, rintik
gerimis pembawa harapan, serta gumpal awan yang menahankan sebuah
kerinduan, tawa sesekali terdengar berderai dari lidah mereka yang
sesekali berceloteh, berbagi makanan. Tenda-tenda nampak rapih
didirikan. Kemudian sebuah antrian tercipta menghadirkan sebuah
pemandangan yang menenangkan luar biasa, tentang insan-insan yang
mematutkan pada wajah mereka cahaya-cahaya, yang terpancar dari basuhan
air wudhu, dan keinginan untuk bersujud di hadapan Rabb yang selalu
memberi mereka Rezeki dan Kebaikan tiada habisnya. Rabb Yang menciptakan
barisan gunung-gunung yang bertasbih, langit yang meluas, dan semesta
kasih. Rabb Yang, tanda-tandanya selalu terasa oleh mereka yang hatinya
tulus dan bersih.
Tibalah waktunya muda-mudi itu berbaris rapih,
duduk membentuk shaf-shaf yang membuat malaikat manapun cemburu lirih;
betapa tidak? Di saat belia seusia mereka menghabiskan waktu berbelanja
di mal-mal dan tempat hiburan, atau menghabiskan waktu mendengarkan
nyanyian, tertawa karena permainan-permainan, sekelompok muda-mudi ini
bertaqarub, mendekatkan diri mereka pada Allah dengan mentafakuri ayat-ayat ciptaanNya. Kemudian bersabar mengejar ilmuNya.
“Tidak akan tergelincir dua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga
ia ditanya tentang empat perkara: tentang usianya untuk apa ia habiskan,
masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia peroleh dan
ke mana ia belanjakan, dan tentang ilmunya apa yang diperbuatkan dengan
ilmunya tersebut”. (HR. Al-Bazzar dan Al-Thabrani).
Masa Muda“Ada tujuh golongan manusia yang
akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali
naungan-Nya: Pemimpin yang adil. Pemuda yang menyibukkan diri dengan ibadah kepada Rabbnya.
Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid. Dua orang yang saling
mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah
kecuali karena Allah. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita
yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada
Allah’. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Orang
yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya
basah karena menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)
Masa
muda menjadi sorotan tersendiri dalam Islam dan ajarannya, terbukti
ketika, meskipun Allah swt telah bertanya kepada anak-anak Adam tentang
usianya, Allah masih juga secara khusus menanyakan tentang masa muda.
Hal ini dapat kita pahami dengan mudah melihat adanya potensi yang luar
biasa dari masa muda. Pada masa inilah seorang muslim dan manusia
manapun yang ada di dunia, membentuk karakter dan jati dirinya. Akan
sulit bagi seseorang yang terbiasa bermalas-malasan pada usia mudanya,
untuk menjadi pekerja keras ketika mereka tua. Juga tidak mudah bagi
mereka yang terbiasa bekerja keras dan belajar pada masa muda, jika
harus menjadi seorang pemalas yang kehilangan gairah pada masa tua.
Masa
muda, bisa dibilang, adalah sepenggal usia dalam sebuah perjalanan
kehidupan setiap manusia yang, nyaris menentukan segalanya.
Bersahabatlah kita pada masa muda dengan orang-orang yang tidak dapat
memberikan manfaat dunia akhirat bagi kita, mungkin setidaknya kita
dapat bertahan untuk tidak terjerumus pada keburukan, tapi kelak kita
akan menyesal karena seharusnya dapat mengumpulkan modal kebaikan lebih
banyak untuk kita bagi-bagikan.
Berleha-lehalah kita pada masa
muda dengan kesenangan-kesenangan, mungkin kelak kita masih akan mampu
menghadirkan kesenangan yang sama pada masa tua, tapi bisa jadi kita
akan terjebak pada pertanyaan-pertanyaan tentang tujuan hidup dan
kebingungan akan makna kebahagiaan yang sejati. Ya, kesenangan tidak
akan pernah dapat memuaskan jiwa manusia, yang manusia cari adalah
ketenangan, dan bekerja keras mencari makna kebahagiaan pada masa muda,
dapat membantu menghadirkan ketenangan tersebut.
Sebuah perbedaan
kecil yang dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama, selalu menghadirkan perbedaan-perbedaan besar. Bijak adalah
berhati-hati dan selalu mengevaluasi apa yang kita lakukan pada masa
muda kita. Tidak perlu dijalani dengan terlalu kaku, sesekali
refreshment dan istirahat juga diperlukan. Tapi ingatlah untuk selalu
memaksimalkan manfaat, sebab selain itu berpengaruh pada masa depan kita
serta masa depan ummat, ternyata masa muda kita juga kelak akan
dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.
Keep Spirit..